✔ Teknik Storytelling yang Menarik dalam Copywriting & Contoh

Cerita mampu menjangkau emosi yang tidak bisa dijangkau oleh informasi biasa.

Saat Anda menulis dengan storytelling, pesan bukan hanya tersampaikan, tetapi membekas.

Artikel ini akan membahas beberapa teknik storytelling dalam tulisan, yang akan sangat berguna untuk berbagai tujuan, termasuk keperluan PR atau humas.

Mengapa Perlu Menggunakan Teknik Storytelling dalam Copywriting?

Menurut Lisa Cron1, penulis Wired for Story, ketika membaca sebuah cerita, otak merespons seolah-olah sedang mengalami peristiwa itu secara langsung. Selain itu, cerita memberi konteks dan makna pada fakta.

Itulah alasan teknik storytelling digunakan dalam copywriting digital marketing untuk membangun koneksi emosional dan personal dengan audiens.

Pasalnya, cerita yang baik bisa mengubah pandangan publik, membentuk opini, hingga mendorong aksi.

Apa Saja Unsur Penting dalam Storytelling yang Baik?

Sebelum menulis, mari pahami dulu fondasi dari sebuah cerita. Raditya Dika2 menyebutkan ada empat komponen utama storytelling, yaitu:

  • Karakter: Tokoh utama dalam cerita, bisa berupa individu, kelompok, atau brand itu sendiri.
  • Stake: Konsekuensi bila karakter mendapatkan sesuatu atau gagal mencapai keinginannya.
  • Plot: Alur cerita yang menunjukkan perubahan, tantangan, hingga penyelesaian.
  • Setting: Latar yang memperkuat konteks cerita, baik lokasi, waktu, maupun suasana.

Secara garis besar storytelling adalah tentang bagaimana usaha si karakter mencapai tujuan dengan menghadapi berbagai tantangan dalam mencapai tujuan tersebut.

Secara umum, pembagiannya dalam penulisan bisa seperti ini:

25% memperkenalkan karakter dan konteks → 50% menunjukkan usaha atau perjuangan karakter → 25% menyajikan hasil dan dampaknya.

Apa Saja 4 Teknik Storytelling?

Pada dasarnya, semua cerita mengikuti pola umum: Intro – Konflik – Resolusi.3

Namun, dalam praktiknya, pola ini berkembang menjadi berbagai teknik yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.

Berikut beberapa cara storytelling yang menarik mengutip penjelasan Alex Cattoni4:

1. The Hero’s Journey

Teknik pertama dipopulerkan oleh Joseph Campbell dalam bukunya “A Hero With A Thousand Faces”. Struktur cerita ini telah digunakan secara luas untuk film, sastra, dan iklan karena kemampuannya menciptakan emosi yang mendalam.

Formula:

  • Departure: Karakter meninggalkan zona nyaman karena sebuah panggilan atau masalah.
  • Initiation: Ia menghadapi tantangan besar dan belajar dari pengalaman.
  • Return: Ia kembali membawa solusi, perubahan, atau kemenangan.

Teknik ini efektif karena semua orang suka melihat transformasi. Jadi, cocok untuk membingkai kisah pelanggan, brand, atau produk sebagai “pahlawan”.

Contohnya:

“PT Maju Bersama menghadapi krisis reputasi setelah isu lingkungan mencuat.

Tim manajemen memutuskan berkomitmen total pada praktik berkelanjutan, bekerja sama dengan NGO lingkungan dan mengubah seluruh proses produksi. 

Hari ini, PT Maju Bersama menjadi perusahaan pertama di industrinya yang meraih sertifikat carbon neutral, membuktikan bahwa bisnis dapat berkembang sambil menjaga Bumi.”

2. Future Pacing

Contoh teknik storytelling yang kedua terinspirasi dari dari konsep NLP (Neuro Linguistic Programming) untuk membantu audiens membayangkan masa depan yang diinginkan. 

Tujuannya adalah membuat audiens merasakan manfaat dari suatu produk/layanan sebelum mereka benar-benar mengalaminya.

Formula:

  • Pilih satu manfaat utama yang paling diinginkan audiens.
  • Tulis dalam bentuk present tense.
  • Sertakan detail visual yang spesifik untuk memancing imajinasi.

Coba perhatikan perbedaan dua kalimat berikut ini:

“Layanan ini dapat membantu Anda menjalankan bisnis dengan lebih efisien.”

“Saat Anda membuka browser, dasbor langsung menunjukkan semua progres bisnis hari ini dengan rapi dan jelas.”

Kedua kalimat sama-sama ingin menjelaskan manfaat dari suatu layanan. Namun, teknik future pacing membuat penjelasan pada kalimat kedua terasa lebih nyata.

3. The Trouble Maker

Pada teknik yang terinspirasi Perry Belcher dan buku “Save The Cat!” oleh Blake Snyder ini, masalah menjadi inti dari ceritanya.

Pendekatannya bisa digunakan untuk menarik perhatian cepat sejak awal.

Formula:

  • The Build-Up: Kondisi awal tampak normal atau bahagia, lalu konflik tiba-tiba muncul dan membalikkan keadaan.
  • The Storm: Cerita dimulai dari kekacauan tersebut.

Satu catatan penting jika Anda ingin menggunakan metode the trouble maker, yaitu deskripsikan setting dengan jelas supaya audiens mudah masuk ke dalam cerita. Jelaskan bagaimana warna, suara, tekstur, aroma, emosi, atau lokasi geografisnya.

Selain itu, carilah cerita nyata atau yang dekat supaya audiens relevan dengan ceritanya.

Berikut contoh pembukaan storytelling dengan metode the trouble maker untuk sebuah press release:

“Pada pagi hari tanggal 17 Juni 2025, seluruh sistem pembayaran kami tiba-tiba tidak dapat diakses oleh pelanggan. Situasi tersebut terjadi saat aktivitas transaksi sedang tinggi-tingginya. Tim teknis kami segera melakukan investigasi menyeluruh untuk mengidentifikasi sumber gangguan dan memastikan pemulihan sistem berjalan secepat mungkin.”

4. Before-After-Bridge

Before-after-bridge merupakan teknik storytelling klasik dalam copywriting yang masih efektif hingga saat ini.

Fokus utamanya menunjukkan dampak nyata dari solusi yang ditawarkan alih-alih sekadar menampilkan fitur produk.

Formula:

  • Before: Deskripsi kondisi atau masalah awal audiens.
  • After: Gambaran kondisi ideal setelah solusi diterapkan.
  • Bridge: Penawaran jasa/produk Anda sebagai jembatan ke perubahan itu.

Sederhana, tetapi dapat membangun koneksi emosional dengan audiens secara praktis melalui cerita yang mudah dimengerti.

Contohnya penerapannya seperti ini:

“Banyak startup kesulitan mendapatkan perhatian media yang tepat untuk inovasi mereka. Namun, begitu produk Anda diliput oleh media nasional terkemuka, kredibilitas meningkat dan awareness publik menguat. Publikasimedia hadir untuk membantu startup Anda tampil dengan cerita yang autentik di media tepercaya dengan jaminan pasti terbit.”

Gunakan Teknik Storytelling yang Baik dalam Setiap Tulisan Anda

Kesimpulannya, teknik storytelling adalah alat ampuh untuk membuat konten pemasaran yang menyentuh emosi sehingga dapat mendorong aksi nyata.

Dalam layanan penulisan press release Publikasimedia, kami juga menerapkan pendekatan storytelling agar cerita Anda tersampaikan dengan baik saat terbit.

Cerita yang kuat dan terstruktur itu akan membuat pesan brand membekas di benak pembaca. Itulah pentingnya storytelling.

Referensi (terakhir diakses pada 23/6/2025):

  1. Pendapat Lisa Cron tentang storytelling. https://diymfa.com/reading/lisa-cron/ ↩︎
  2. Komponen utama storytelling menurut Raditya Dika. https://id.scribd.com/document/516222707/bdd65115-a80e-47f8-84cc-280578e80270 ↩︎
  3. Pola umum dalam sebuah cerita. https://www.youtube.com/watch?v=7vX7YI_eTMU ↩︎
  4. Penjelasan teknik storytelling oleh Alex Cattoni. https://www.youtube.com/watch?v=YaOZyJ9ZDQM ↩︎

Tinggalkan komentar